Seri Logical Fallacy: Fallacy of The Single Cause

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam rangka membunuh kejenuhan atau lebih tepatnya membuang–buang waktu, saya sering men-scroll akun–akun media sosial baik itu Facebook, Instagram, dan LINE. Suatu ketika penulis menemukan tulisan menarik mengenai kejatuhan Imperium Utsmaniyah Turki, uniknya penulis tulisan tersebut mengambil kesimpulan bahwa Imperium tersebut jatuh karena Umat Muslim pada saat itu dijauhkan dari Al–Qur’an oleh paham sekularisme.

Ilustrasi pasukan Turki Utsmani. Sumber: realmofhistory.com

Bagi saya sendiri, tidak masalah jika “salahsatu” argumen yang digunakan untuk opini kejatuhan Imperium tersebut karena dijauhkan dari Al–Qur’an tetapi jadi masalah ketika menggunakan argumen tersebut saja karena dapat menyesatkan, faktor–faktor lain seperti bagaimana kondisi sosio-ekonomi Imperium tersebut dibanding negara–negara lain, apakah benih–benih kejatuhannya sudah muncul sejak abad 18, seperti apa perkembangan teknologi negara–negara yang akan menjadi musuhnya kelak tentu perlu dipertimbangkan.

Kepala saya sering gatal ketika ada seseorang yang menyatakan suatu kejadian kompleks (seperti perang) terjadi hanya karena satu faktor sederhana karena pada kenyataannya mungkin saja disebabkan oleh berbagai faktor, kesalahan berpikir seperti itu dikenal sebagai Fallacy of Single Cause.

Misalkan anda adalah seorang kepala divisi acara suatu seminar tahunan di kampus, namun saat mengevaluasi seminar tahun–tahun sebelumnya, ternyata tren pendaftarnya semakin menurun. Bagaimana anda akan menelusuri penyebabnya? Pertama, anda tahu tidak pernah ada satu faktor, sehingga perlu mencatat beberapa penyebab potensial, setelah itu anda akan memiliki suatu jaringan tentang faktor penyebab yang mempengaruhi. Kedua, tandai mana yang dapat diubah dan hapus yang tidak bisa (seperti sifat manusia). Ketiga, lakukan kegiatan seminar tersebut dengan memvariasikan faktor–faktor yang telah ditandai sebelumnya lalu lakukan evaluasi.

Setiap hal yang terjadi di sekitar kita terjadi karena ribuan faktor misalkan tentang kecerdasan seseorang dapat dipengaruhi kecenderungan genetik hingga cara mengasuh dan edukasi hingga konsentrasi hormon antara sel–sel otak. Selama kita percaya hanya ada satu penyebab pada setiap kejadian, kita akan selalu menelusuri bahwa kejadian seperti kemenangan atau bencana kembali lagi pada seorang individu dan melabeli mereka ‘bertanggungjawab’. Suatu perburuan kambing hitam yang konyol.

“Ketika suatu apel membusuk dan jatuh–apa yang membuatnya jatuh? Apakah tertarik karena gravitasi, apakah batangnya telah rapuh, apakah matahari yang membuatnya kering, apakah buahnya semakin memberat, apakah seorang anak laki–laki yang berdiri dibawah dan menginginkannya? Tidak ada satu hal yang jadi penyebab.” ujar Tolstoy dalam bukunya War and Peace.


Sumber:
Dobelli, R. 2013. The Art of Thinking Clearly. London. Hodder & Stoughton, Ltd.

[tab] [content title="Tentang Penulis"] Muhammad Alfy Taufiq
Ikan Salmon Hipster, Pecandu Buku dan Writer Semoga Bermanfaat. [/content] [content title="Tulisan Lain Dari M. Alfy Taufiq"]
[/content] [/tab]

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas