Seri Logical Fallacy: Post Hoc Ergo Propter Hoc

بسم الله الرحمن الرحيم

Tanggal 11 September 2015 merupakan tanggal yang memilukan bagi Umat Islam khususnya yang sedang beribadah haji, tepat di kompleks Masjidil Haram yang dekat dengan Ka’bah suatu crane jatuh menimpa jemaat ibadah haji, memakan korban jemaat haji asal Indonesia sebanyak 11 orang. Pada tanggal yang sama Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi.


Crane yang jatuh di Masjidil Haram pada September 2015

Menariknya, salahsatu pegiat media sosial di Indonesia mengaitkan kunjungan kenegaraan Jokowi dengan jatuhnya crane di kompleks Masjidil Haram, dengan alasan Allah memberikan azab untuk Jokowi dengan jatuhnya crane. Namun, tunggu sebentar. Seandainya Allah akan memberikan azab untuk Pak Jokowi, kenapa harus mengorbankan jemaah yang sedang beribadah Haji? Bukankah akan lebih baik jika keberangkatan Pak Jokowi dibatalkan atau tertimpa musibah (naudzubillah), terlepas dari semua itu sebenarnya pegiat media sosial tersebut telah jatuh ke dalam sesat pikir post hoc ergo propter hoc.

Post hoc ergo propter hoc diambil dari bahasa latin yaitu post artinya sesudah; hoc artinya demikian: ergo artinya karena itu; propter artinya disebabkan; dan hoc artinya demikian. Sehingga jika disingkat menjadi sesudah itu – karena itu – oleh sebab itu. Jadi, apabila ada suatu kejadian yang terjadi dalam urutan waktu tertentu, kita dapat menyatakan kejadian B terjadi sebab diawali kejadian A. Sederhananya sesuatu yang terjadi hanya dilihat dari urutan waktunya, tetapi tidak mempertimbangkan faktor lain yang lebih relevan.

Saya akan berikan contoh yang diambil dari pengalaman pribadi saat masa kuliah S1, saya memiliki seorang teman asal pekalongan, karena sifatnya yang lugu dan wajahnya yang lucu, dia seringkali jadi bahan lelucon dan bulan–bulanan teman–teman satu fakultas. Suatu hari saat pengumuman nilai UAS Kimia Analisis Dasar (Mata kuliah tersulit saat semester tiga), dia masuk ke dalam sebagian kecil mahasiswa yang lulus mata kuliah tersebut (dengan nilai A). Teman–temannya menganggap dia lulus karena sering jadi bahan lelucon (Tuhan akan mengabulkan do’a orang teraniaya). Padahal bisa saja dia lulus karena usaha belajarnya yang lebih keras dibanding teman–temannya, sehingga tidak kesulitan saat mengerjakan ujian.

Dalam kehidupan sehari–hari kita sering menemukan kesalahan berpikir post hoc ergo propter hoc, baik dalam perbincangan sehari–hari maupun berita–berita tidak relevan baik dalam media sosial maupun media cetak, salahsatu cara untuk menghindarinya adalah memikirkan apakah ada faktor lain yang menyebabkan kejadian tersebut lalu apakah dampaknya relevan dengan penyebabnya.

Sebagai penutup, sebagai seorang muslim kita meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berperan dalam setiap proses kehidupan kita dan mengaitkan setiap kejadian dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Namun, tidak ada salahnya jika kita merefleksikan dan memikirkan penyebab kejadian suatu hal dengan pikiran kita seperti kejadian jatuhnya crane, untuk mencegah kejadian yang sama terulang, karena kalau tidak sia–sialah subhanahu wa ta’ala memberi kita pikiran.

Referensi:
Rakhmat, J. 1999. Rekayasa Sosial. Bandng : PT Remaja Rosdakarya.

[tab] [content title="Tentang Penulis"] Muhammad Alfy Taufiq
Ikan Salmon Hipster, Pecandu Buku dan Writer Semoga Bermanfaat. [/content] [content title="Tulisan Lain Dari M. Alfy Taufiq"]
[/content] [/tab]

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas