Muhammad al-Fatih: Pemimpin yang Dijanjikan Rasul

بسم الله الرحمن الرحيم

Sejenak kita telisik seorang sosok yang besar, pemuda yang tidak biasa namun luar biasa, sosok yang mewujudkan cita-cita berabad-abad lamanya, dan ia wujudkan cita-cita itu dalam usia yang teramat muda mengingat perannya sebagai pemimpin, 23 tahun! Muhammad al-Fatih namanya.

Muhammad al-Fatih yang juga dikenal sebagai Muhammad II, ialah seorang pemimpin di masa Turki Utsmaniyah, dahsyatnya ia mulai memimpin pada usia 19 tahun, dari usia semuda ini, terlihat bahwa Muhammad al-Fatih memiliki kapabilitas sebagai seorang pemimpin, serta memiliki kematangan serta mental yang kuat, karena tentu tak sembarang orang yang terpilih sebagai pemimpin Turki Utsmaniyah. Ia menjadi pemimpin selama 30 tahun (1451-1481 M).

Ia bahkan memimpin 25 perjalanan peperangan, serta mempunyai banyak kepakaran dalam bidang sains, matematika serta menguasai tujuh bahasa (Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan Hebrew). Ia juga merupakan salah satu pemipin besar, pahlawan besar setelah Shalahuddin al-Ayyubi yang mengambil kembali Al-Quds (Jerusalem).

Sekilas mengenai dirinya sebelum menjadi pemimpin Turki Utsmani, dalam usia yang muda ia sudah mendapat banyak ilmu, serta pengalaman sehingga kematangan pun diraihnya, ia pernah dipercayai oleh Ayahnya, Sultan Murad II untuk menjadi pemimpin di sebuah daerah dalam usia 12 tahun, pada usia ini pun, ia cukup terampil sebagai pemimpin.

Ilmu pemerintahan yang ia dapat dari Sultan Murad II diimbangi oleh pendidikan di bidang sains, matematika, bahasa, yang menjadikannya salah satu cendekia terbaik di zamannya. Untuk bidang keagamaan, ia menimba ilmu dari sosok Syaikh Shamsuddin Al Wali. Untuk ilmu kemiliteran ia belajar dari para panglima yang ada di masa Turki Utsmaniyyah. Sehingga, ia mempunyai kapasitas yang di atas rata-rata pada usia belia.

Muhammad al-Fatih adalah sosok besar, ia berhasil menaklukkan Konstantinopel yang kemudian mengganti namanya menjadi Islambul (sekarang Istanbul). Dalam usia muda, ia berhasil mewujudkan impian berabad-abad lamanya, bahkan kemunculannya pun telah disebut dalam sebuah hadis Rasullah shalallahu'alaihi wa sallam,

"Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan." (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335)
Maka ialah "sebaik-baik pemimpin" yang disebut dalam hadis tersebut.

Lalu tentang penaklukkan konstantinopel yang menyejarah, berikut kita simak perjuangan-perjuangan dalam rangka menaklukkan konstantinopel oleh berbagai Sultan dari masa ke masa.

Upaya pertama dilakukan oleh juru tulis Nabi Muhammad, Muawiyah ibn Abu Sufyan pada 668 M, namun penyerangan ini gagal, bahkan seorang sahabat Rasulullah yaitu Abu Ayyub Al-Anshari syahid dalam upaya perdana itu.

Usaha-usaha berikutnya baik pada masa Umayyah serta Abbasiyah terus gagal, bahkan hingga masa Harun al-Rasyid pun usaha itu selalu gagal. Usaha Sultan Murad II, ayah dari Muhammad al-Fatih, pun selalu gagal, hingga kini tampuk kepemimpinan pun diberikan kepada Muhammad al-Fatih.

Rantai Golden Horn
Muhammad al-Fatih dalam rangka menaklukkan konstantinopel melakukan dan memikirkan berbagai cara, ia mempelajari sebab-sebab kegagalan pasukan-pasukan terdahulu dalam menaklukkan konstantinopel, maka semangatnya makin besar dalam rangka meneruskan cita-cita berabad silam. Ia berkonsultasi dengan para panglima perang tentang berbagai taktik strategi peperangan yang mungkin dilakukan. Ia juga terus meningkatkan kualitas amalnya meski dalam rangka medan jihad.

Setelah proses persiapan yang teliti, Muhammad al-Fatih beserta ratusan ribu pasukannya tiba di Konstantinopel pada 26 Rabiul Awwal 857 H atau 6 April 1453 M. Ia lalu berbicara di depan pasukannya tentang niat yang lurus, kelebihan jihad, dan harapan kemenangan di hadapan Allah subhana huwa ta'ala.

Penyerangan pun digencarkan, Benteng Byzantium diserang dari berbagai penjuru kota, kota pun terkepung. Hari berganti hari, serangan pun belum mendapatkan hasil yang diharapkan, dinding kota itu belum terbuka.

Berbagai usaha, baik melalui darat, bawah tanah, tak membuatkan hasil. Hingga pada suatu saat, sebuah ide dilaksanakan, Selat Golden Horn menjadi jalan, lebih dari 70 kapal berhasil masuk dalam waktu semalaman. Namun, pasukan lawan tak patah arang, sebelumnya mereka merantai Golden Horn untuk mencegah masuknya pasukan Muhammad al-Fatih. Taktik penyerangan Muhammad al-Fatih ini diakui sebagai taktik perang (Warfare Strategy) terbaik oleh Barat. Lalu ditembakkan juga melalui meriam buatan Urban yang merupakan teknologi terbaru dan tercanggih pada masa itu untuk menyerang kota.

Meriam Muhammad al-Fatih
Akhirnya pengepungan pun berhenti di hari 53, Muhammad al-Fatih bersama pasukannya merangsek ke dalam kota dengan diiringi takbir-takbir yang membahana, mereka terus mendekatkan diri kepada Allah di sepanjang penyerangan, mereka bertakbir, shalat, berdzikir dalam peperangan tersebut. Hingga tibalah masanya Muhammad al-Fatih dan pasukannya menaklukkan Konstantinopel dengan diiringi takbir yang terus bersahut-sahutan seakan-akan meruntuhkan langit kota dan mental pasukan lawan.

20 Jumadil Awwal 857 H bertepatan dengan 29 Mei 1453 M, Konstantinopel pun takluk di bawah Pemimpin serta pasukan terbaik sebagaimana hadis Rasulullah tadi.

Maka Konstantinopel pun berganti nama menjadi Islambul (Islam Keseluruhan), Gereja Besar St. Sophies pun menjadi Masjid Aya Sofiya. Toleransi pun ditegakkan, seluruh penduduk baik Islam, Nasrani, maupun Yahudi berada dalam lindungan pemerintahan Turki Utsmaniyah.
Maka, tuntaslah cita-cita berabad-abad itu.



Firman Maulana, di malam sunyi 27 Jumadil Awwal 1432/30 April 2011.



Sumber-sumber:
http://mhamas.blogspot.com/2010/06/muhammad-al-fatih.html
http://satuperkongsian.wordpress.com/2007/06/26/sultan-muhammad-al-fateh-dan-pembukaan-costantinople/
http://yulian.firdaus.or.id/2006/03/08/fatih-the-conqueror/

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas