Polisi Hoegeng

بسم الله الرحمن الرحيم

You Stay When Others Gone

Kejujuran menjadi mahal sebab pemiliknya kian sedikit. Jika ada sepuluh orang jujur di Indonesia, mungkin salah satunya bapak sederhana ini: Pak Hoegeng Imam Santoso. 


Hoegeng Imam Santoso, Kapolri ke-5
sumber: Wikipedia.org

Beliau sang polisi legendaris Indonesia. Sederhana dan pemberani. Tak mempan disuap. Tak takut bicara lantang. Tak gentar menegakkan kebenaran.

Apa hal yang paling hebat dari diri beliau? Ia hidup dalam kondisi pas-pasan. Apa saja kelebihannya? 
Meski menjabat Kapolri bintang empat, tanpa malu, beliau ikut turun ke jalan, mengatur lalu lintas di perempatan. Baginya pangkat terendah sampai tertinggi sama, tugasnya mengayomi masyarakat. Ia jujur pada tugasnya. “Yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan. Jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan.” Demikian prinsip beliau.

Yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan. Jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan

Pernah saat kelompok petisi 50 mengadakan rapat di Rumah Ali Sadikin, sang tuan rumah terkaget-kaget karena beberapa kali Hoegeng hanya naik Bajaj. Bahkan sekadar untuk membayar PBB sekalipun, Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta, pernah membantu melunasinya.

Cobaan tidak berhenti. Pak Hoegeng pernah dirayu pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat kasus penyelundupan. Tapi Hoegeng tidak peduli. Ia tak gentar berhadapan dengan siapapun backing penyelundup tersebut.

Hal yang membuat heran adalah, koleganya di kepolisian meminta Hoegeng membebaskan wanita tersebut. Bahkan banyak pejabat yang menolong pengusaha tersebut. Belakangan Hoegeng tahu bahwa si wanita tak segan tidur dengan pejabat demi memuluskan aksi penyelundupan. 

Pada tahun 1956, Kompol Hoegeng ditugasi ke Medan sebagai Kepala Direktorat Reskrim di kantor polisi Sumut. Pertama kali datang, Hoegeng disambut oleh seorang utusan bandar judi, dan ditawarkan jemputan mobil serta rumah hadiah dari para pengusaha.
Apa jawaban Hoegeng? Ia menolak dan memilih tinggal di penginapan sebelum dapat rumah dinas.

Dua bulan kemudian, saat rumah dinas tersedia, Hogeng terkejut rumah itu sudah dipenuhi perabotan mewah. Saat itu juga ia memberi ultimatum agar barang-barang itu diambil kembali. Tak digubris, ia keluarkan semua barang itu, dan meletakkannya di pinggir jalan.

Kota Medan gempar. Baru kali ini ada polisi takbisa disogok. Top!


[tab] [content title="Tentang Penulis"] Dea Tantyo
Penulis buku Leiden dan Extraordinary, kerap pula menjadi pembicara dalam tema-tema kepemimpinan. [/content] [content title="Tulisan Lain Dari Dea Tantyo"]
[/content] [/tab]  

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas