"Apakah Mereka Mengira Tidak Akan Diuji Lagi?"

بسم الله الرحمن الرحيم

Kehidupan kita di dunia ini seringkali naik-turun, susah-senang, sulit-mudah, semua datang silih berganti. Adakalanya kita dapati berbagai kenikmatan yang menyenangkan, namun tak jarang pula kita dapati keadaan yang menyesakkan dada, menambah beban pikiran, membuat lupa akan nikmat dari-Nya. Kedua keadaan ini sesungguhnya adalah ujian bagi kita, meski kadang seringkali yang kita anggap sebagai ujian adalah keadaan yang menyesakkan, menyedihkan, membuat seolah dunia ini terasa sempit bagi kita, dan ujian ini selalu dan pasti menyertai fase demi fase kehidupan kita.


sumber: wahyuwildan.wordpress.com

Pertanyaannya, mengapa kita diuji? Mengapa Allah memberi berbagai cobaan pada kita? 
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: 'Kami telah beriman,' sedang mereka tidak diuji lagi? (Q.S. Al-Ankabuut: 2)
"Firman Allah ini," ujar Ibnu Katsir dalam tafsirnya, "adalah bentuk istifham inkari (pertanyaan yang bersifat mengingkari). Maknanya, bahwa Allah subhanahu wa ta'ala harus menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan keimanan yang mereka miliki."

Lalu, ujian macam apa yang ditimpakan?
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan..." (Q.S. Al-Baqarah: 155).
"Yakni," ujar Ibnu Katsir dalam tafsirnya, "kehilangan sebagian harta, meninggalnya para sahabat, kerabat, dan orang-orang yang dicintai, serta kebun dan sawah tidak dapat diolah sebagaimana mestinya."

Ujian adalah sebuah keniscayaan. Ujian adalah sebuah konsekuensi atas keimanan kita, sesiapa yang beriman, maka Allah akan uji dia sebagaimana kadar keimanannya. Adalah Rasulullah bersabda, "Manusia yang paling berta ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal dan seterusnya. Seseorang diuji sesuai dengan agamanya. Jika agamanya semakin kuat, semakin bertambah pula ujiannya."

Seberapa besar ujian para Nabi?
Tengoklah jalannya kehidupan para Nabi. Muhammad Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam, Rasul penutup ini telah yatim sejak kandungan, lahir tak sempat bertemu ayah. Bertahun setelahnya, ibundanya wafat, jadilah beliau yatim piatu. Lihatlah pula dakwah Rasulullah yang banyak timpaannya. Tiga belas tahun shalat dikelilingi berhala lambang kemusyrikan, sempat ia ditumpahkan kotoran ternak saat sujudnya. Tiga tahun pernah ia, sahabat, dan kerabatnya dikucilkan di Syi'b Abu Thalib. Orang-orang dilarang untuk membeli ataupun menjual, memberi ataupun menerima, meminjam maupun meminjami, berutang maupun berpiutang, juga menikahi atau menikahkan padanya, keluarga, dan para pengikutnya.

Belum lagi tahun-tahun kesedihan, tatkala istri yang dicintanya diwafatkan oleh Allah, menyusul setelahnya pamannya yang senantiasa melindunginya meski tak sempat mengucap syahadat hingga akhir hayatnya pun ikut wafat. Pun setelahnya, fase-fase dakwah Rasul selalu banyak timpaannya, dari hijrah yang berat, mesti meninggalkan tanah air, hingga berbagai macam peperangan yang harus dilalui.

Maka, seberapa besar ujian para Nabi?
Bacalah kisah seorang tampan yang hidupnya penuh cobaan, bahkan sejak kecil diuji begitu berat. Kisahnya yang disebut sebagai "...kisah yang paling baik..." dalam Al-Qur'an ini memberikan banyak pelajaran bagi kita.

Yusuf 'alaihissalam, mengalami berbagai ujian berat yang menimpanya: mengalami persaingan antar saudara yang begitu parah hingga akhirnya ia mengalami percobaan pembunuhan dengan dilemparkan pada sumur yang gelap, sunyi, dan sepi. Selanjutnya, kafilah dagang yang menemukannya alih-alih mencari orangtuanya malah menjualnya dengan harga murah sebagai budak. Ia lalu mendapatkan kekerasan seksual dari istri tuannya yang lalu memfitnahnya. Belum lagi ia mesti dipenjara atas kesalahan yang tak diperbuatnya, dikhianati temannya sehingga mesti mendekam lebih lama dalam penjara.

Maka, seberapa besar ujian para Nabi?
Inilah 'Ayyub, yang mulanya hidup dengan harta melimpah, keturunan yang banyak, dan tempat hidup yang menyenangkan. Namun, Allah uji dengan mewafatkan anak-anaknya, mengambil hartanya, diberi penyakit yang tak pernah ada sebelumya dan tak pernah ada setelahnya, hingga dijauhi orang-orang kecuali istrinya yang setia. 

Maka, seberapa besar ujian para Nabi?
Ada kisah Adam yang digoda Iblis, Nuh yang berdakwah ratusan tahun namun hanya sedikit yang menerima seruannya, Ibrahim yang mesti menghadapi Namrudz, Musa yang mesti menghadapi Fir'aun, serta nabi-nabi lainnya dengan berbagai ujian yang mesti dilaluinya.

Namun perhatikan pula apa yang dilakukan para Nabi dalam menghadapi ujiannya. Muhammad Rasulullah begitu teguh, bersabar dalam dakwahnya, dilempari batu oleh penduduk Tha'if namun justru beliau mendoakan kebaikan bagi anak keturunannya. Cobaan berat yang menimpa Yusuf dilaluinya dengan gagah, hingga ia akhirnya bebas dari penjara, menyelamatkan negerinya dari paceklik panjang, mengampuni saudara-saudaranya yang semula berniat membunuhnya. Lihatlah 'Ayyub, yang tak mengeluh meski berbagai nikmatnya diambil, namun justru bersabar dan baru meminta kesembuhan saat sakitnya menganggu ibadahnya. Maka bersabarlah, sungguh Allah bersama mereka yang bersabar.

***

"Anak sekolah tidak lulus ujian bukan karena ujiannya, tapi karena salah menjawab soal," Ujar K.H. Abdullah Gymnastiar dalam berbagai majelis ilmunya, "Maka, yang berbahaya itu bukan ujiannya, tapi yang berbahaya itu kalau kita salah dalam menyikapi ujian."

Lalu bagaimanakah seharusnya menyikapi ujian ini?
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah: 153)
Pertama, bersabar atas ujian, cobaan, atau musibah yang menimpa kita. Bersabar atas kesusahan yang menimpa kita adalah suatu kebaikan, "Sungguh menakjubkan perilah orang Mukmin itu, Allah tidak menentukan suatu hal melainkan kebaikan baginya. Jika mendapatkan kebahagiaan, ia lalu bersyukur, maka yang demikian itu adalah baik baginya. Dan jika mendapatkan kesusahan, lalu ia bersabar, maka yang demikian itu adalah baik baginya." (H.R. Ahmad).

Apa itu sabar?
Sa'id bin Jubari mengatakan, "Sabar berarti pengaduan seoarng hamba kepada Allah atas musibah yang menimpanya dan ketabahannya di sisi Allah dengan mengharapkan pahala dari-Nya. Terkadang, seseorang digoncangkan (dengan berbagai masalah), namun ia tetap tegar, dan tidak melihat pilihan lain kecuali bersabar."

Maka inilah sabar dalam menghadapi ujian, yakni ketika kita tidak melihat pilihan lain kecuali bersabar. Siapakah orang yang bersabar?
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali)." Mereka inilah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Baqarah: 156-157).
Maknanya sebagaimana yang dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya, "Mereka menghibur diri dengan ucapan ini atas apa yang menimpa mereka dan mereka mengetahui bahwa diri mereka adalah milik Allah Ta'ala, Ia memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, mereka juga mengetahui bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amalan mereka meski hanya sebesar biji sawi pada hari Kiamat kelak. Hal itu menjadikan mereka mengakui dirinya hanyalah seorang hamba di hadapan-Nya, dan mereka akan kembali kepada-Nya kelak di akhirat."

Lebih lanjut, Rasulullah mengajarkan doa bagi mereka yang ditimpa musibah, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad, "Tidakkah seseorang dari kaum Muslimin ditimpa musibah, lalu ia membaca kalimat istirja' (innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun), kemudian mengucapkan, 'Allahumma jurnii fii mushiibatii wakhluflii khairan minhaa (Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya),' melainkan akan dikabulkan doanya itu."


Kedua, melakukan shalat atas musibah yang melanda. Sebagaimana diriwayatkan Ahmad dan An-Nasa-i, "Bahwa Rasulullah shalallahu'alaihiwa salam jika menghadapi suatu masalah, maka beliau mengerjakan shalat."

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabbnya, dan bahwa mereka akan kembali kepadanya. (Q.S. Al-Baqarah: 45-46)
Apa itu khusyu?
"Khusyu itu bukan fokus, bukan pula konsentrasi," tutur Ustadz Adi Hidayat dalam majelis ilmunya, "Tapi Al-Khudu (kepasrahan total), dan Tawadhu (kerendahan hati). Maka khusyu itu kepasrahan jiwa dan raga secara total yang disertai sifat kerendahan hati."

Lebih lanjut tuturnya bahwa khusyu dimulai sejak sebelum shalat, yakni meyakini bahwa mereka akan menemui Rabbnya, maka ia mempersiapkan dirinya sebelum shalat, yakni dengan memakai pakaian terbaik,
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid..." (Q.S. Al-'Araf: 31)
Lalu ia sempurnakan wudhunya,
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki..." (Q.S. Al-Maidah: 6)
Lalu ia shalat, menyiapkan diri jikalau itu menjadi shalat terakhir dalam hidupnya.

Shalat dengan khusyu, memasrahkan jiwa dan raga yang disertai dengan kerendahan hati.

***

Sabar dan shalat, menjadi kunci bagi kita dalam menghadapi berbagai ujian, cobaan, serta musibah yang memang akan terus dan terus ada dalam setiap hidup kita. Sabar dan shalat dengan khusyu ini memang berat, memang sulit, namun akan berbuah kebaikan setelahnya, berbuah rahmat dan petunjuk bagi mereka yang dapat melakukannya. Ujian itu selalu ada dalam hidup, bahkan hidup kita ini adalah ujian untuk melihat, "...siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya..." (Q.S. Al-Mulk: 2).

Berprasangka baiklah kepada Allah, dan yakinlah akan janji-Nya, bahwasanya ujian telah ditentukan sesuai dengan kadarnya. Apabila kita percaya bahwa seorang guru akan memberikan ujian sesuai dengan kelasnya, maka mengapakah kita terkadang tidak yakin bahwa Allah, Yang Maha Pengasih, dan Yang Maha Penyayang ini akan memberikan ujian kehidupan sesuai dengan kadar mereka yang menerimanya.

Mari belajar bersabar, dan berupaya khusyu' dalam shalat kita, semoga Allah mudahkan setiap upaya-upaya mendekatkan diri pada-Nya, dan menjaga setiap niat lurus yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sekian. Semoga Bermanfaat.



Ujian adalah tarbiyah dari Allah,
apakah kita akan sama ataupun sebaliknya,
kesenangan yg datang selepas kesusahan,
semuanya adalah nikmat dari Tuhan.
-Kehidupan, Inteam feat. Nazrey Johani-

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas