Periodisasi Sastra Indonesia

بسم الله الرحمن الرحيم




Periodisasi sastra ialah pembagian sastra atau pembabakan sastra berdasarkan atas kurun waktu atau zamannya. Terjadinya periode sastra karena terjadinya perubahan zaman, pola pikir, serta gaya hidup yang akhirnya menghasilkan perubahan hasil sastra.

Sebelum tahun 1966 telah ada empat pembagian sastra yang disebabkan oleh perubahan pandangan dan kurun waktu. Namun, semuanya masih berdasarkan pandangan yang disampaikan oleh Abdullah bin Abdul Kadir Mumsyi dan Angkatan '45.

A. ANGKATAN 20 (ANGKATAN BALAI PUSTAKA/SITI NURBAYA)

 Latar Belakang:
  1. Pemerintahan jajahan mendirikan taman bacaan rakyat.
  2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
  3. Memberi kesempatan kepada pengarang untuk lebih kreatif.
Ciri-ciri:
  1. Merupakan  tuntunan budi pekerti.
  2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
  3. Pelakunya sebagian besar meninggal dunia.
  4. Bertema kedaerahan dan kawin paksa.
  5. Nama pengarangnya dibukukan.
  6. Romantis sentrimentil (berlebihan).
Pengarang dan Beberapa Karyanya:
  1. Merari Siregar: Azab dan Sengsara, Si Jamin dan Si Johan, Binasa Karena Gadis Priangan.
  2. Marah Roesli: Siti Nurbaya, Anak dan Kemenakan, La Nami (Roman Sejarah).
  3. Abdul Muis: Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Robert Anak Surapati (Roman Sejarah).

B. ANGKATAN 30/ANGKATAN PUJANGGA BARU (MAJALAH)

 Latar Belakang:
  1. Pertemuan dengan Bangsa Eropa yang berpengaruh pada politik, jalan pikiran, pola hidup, dan hasil sastra.
  2. Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mengangkat Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi sekolah.
Ciri-ciri:
  1. Bertema nasional.
  2. Romantis idealis (penuh cita-cita).
  3. Impresimisme (penuh kesan).
  4. Meniru kebudayaan Belanda.
  5. Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina, oktat, syair, soneta.
  6. Nama pengarang ditulis.
  7. Bahasa klise ditinggalkan.
  8. Ada permainan bunyi.
Pengaran dan Beberapa Karyanya:
  1. STA (Sultan Takdir Alisjahbana): Layar Terkembang (Roman), Anak Perawan di Sarang Penyamun (Roman), Tebaran Mega (kumpulan puisi).
  2. Armijn Pane: Habis Gelap Terbitlah Terang (kumpulan terjemahan surat), Belenggu (Roman), Jiwa Berjiwa (kumpulan puisi).
  3. Amir Hamzah: Buah Rindu (kumpulan puisi), Nyanyi Suci (berisi kerinduan seseorang pada Tuhannya/puisi), Bhagawat Gita (prosa).

C. ANGKATAN '45

Latar Belakang:
  1. Kekejaman penjajah terhadap rakyat/sastra.
  2. Penderitaan rakyat akibat revolusi.
Ciri-ciri:
  1. Ekspresionisme
  2. Romantis realistis.
  3. Lebih mementingkan isi daripada bahasa.
  4. Humanisme Universal.
  5. Sinisme.
  6. Realita (sesuai kenyataan).
Pengarang dan Beberapa Karyanya:
  1. Chairil Anwar (Raja Puisi): Aku, Kerawang Bekasi, Diponegoro, Beta Pattirajawane.
  2. Mochtar Lubis: Harimau! Harimau! (Roman), Jalan Tak Ada Ujung (Roman), Tak Ada Esok (Roman).
  3. Idrus (Raja Prosa): Surabaya, Corat-coret di Bawah Tanah, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

D. ANGKATAN '50
Nama angkatan ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak mendapat sambutan karena latar belakang, ciri-ciri, dan pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.

Pengarang dan Beberapa Karyanya:
  1. W.S. Rendra (Raja Penyair dan Dramawan): Balada Orang-orang Tercinta (kumpulan puisi), Balada Terbunuhnya Atma Karpo (kumpulan puisi), Odipus Sang Raja (Drama).
  2. Ajip Rosidi: Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen), Surat Cinta Endang Rosidin, Pesta (kumpulan puisi).
  3. NH. Dini: Dua Dunia (kumpulan cerpen), Namaku Hiroko (Roman), Padang Halang di Belakang Rumah (Roman), Pada Sebuah Kapal.

E. ANGKATAN '66

Latar Belakang:
  1. Penyelewengan oleh pemimpin rakyat.
  2. Korupsi merajalela.
  3. Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang pemerintahan
Ciri-ciri:
  1. Bentuknya puisi bebas dan cerpen.
  2. Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan. 
  3. Bahsanya panjang-panjang.
  4. Temanya penderitaan rakyat.
  5. Munculnya kelaguan
Pengaran dan Beberapa Karyanya:
  1. Taufik Ismail: Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini, Dari Ibu Seorang Demonstran, Yang Kami Minta Hanyalah Sebuah Bendungan Saja, Malu Aku Jadi Orang Indonesia.
  2. Masyur Samin: Pidato Seorang Demonstran, Pernyataan, Ode Pemakaman.
  3. Buur Raswanto: Telah Gugur Beberapa Nama, Tirani, Bumi yang Berpeluh, Mereka Telah Bangkit. 

3 comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas