Gladiator Sains : Dari Tuhan Kepada Ada dan Ketiadaan Semesta.

بسم الله الرحمن الرحيم

“Siapakah pencipta alam semesta? Bagaimana bisa alam semesta terbentuk? Dan kenapa alam semesta begitu teratur dengan sempurna ?”. Dengan rasa penasaran ini, Manusia terus berusaha mencari jawaban yang pasti. Berbagai cara manusia lakukan untuk mendapatkan kepastian akan penciptaan alam semesta. Hingga terbentuklah suatu cara pandang baru bahwa penciptaan alam semesta itu terjadi secara kebetulan, alam semesta tidaklah diciptakan, dia bukan berawal dari ketiadaan. Selain itu pandangan ini menolak gagasan keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir (Kestabilan Semesta).

Faham ini yang kemudian hari dikenal sebagai filsafat materialisme, Materialisme adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak kepada materi (wujud). Yang dikembangkan oleh para filosof Yunani Kuno. Materialisme memandang bahwa materi itu adalah primer, sedangkan ide ditempatkan sebagai sekundernya. Sebab materi itu timbul atau ada lebih dulu, kemudian baru ide. Untuk memahami maksudnya, logika sederhananya, otak harus dulu ada baru setelah itu manusia melakukan proses berfikir (ide). Sedangkan otak adalah materi/benda.

Faham ini memiliki cara pandang bahwa Tuhan tidak pernah ada dalam kehidupan, segala sesuatu hal yang terjadi di bumi ini bermula dari sebuah kebetulan dan yang dimaksud dengan logis apabila suatu materi memiliki wujud dan dapat dirasa dengan instrument indra manusia. Sederhananya mereka menolak konsep Tuhan karena Tuhan tidak dapat dirasakan oleh indra manusia berbeda dengan materi yang memiliki wujud.

Oscillating Theory. sumber: universetoday.com

Dalam konteks penciptaan alam semesta, menurut materialisme, bahwa semua keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan yang tampak di sekitar kita hanyalah peristiwa kebetulan. "Peristiwa kebetulan" juga diajukan ketika muncul pertanyaan tentang bagaimana manusia terjadi. Teori evolusi, dikenal luas sebagai Darwinisme, adalah aplikasi lain materialisme pada dunia alam. Namun terjadi sebuah titik balik, temuan sains modern secara tidak terbantahkan menunjukkan betapa kelirunya pernyataan materialisme. Hal ini bermula pada tahun 1929, ditemukannya fakta ilmiah tentang terjadinya Ledakan Besar (Bing Bang Theory) oleh seorang Ahli Astronomi Amerika bernama Edwin Hubble, kebenaran Teori Big Bang pun semakin menguat dikalangan para ilmuan. Teori Big Bang mengungkapkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya “awal atau permulaan” pada alam semesta yang disebabkan oleh Big Bang. Untuk meyakini bahwa alam semesta mempunyai permulaan, bisa berarti bahwa ia diciptakan dan itu berarti, tentu saja, memerlukan pencipta, yaitu Tuhan.

Penelitian ini pun diperdalam dan ditemukan sebuah fakta baru bahwa setiap hukum fisika, kimia, dan biologi, setiap gaya-gaya fisika dasar seperti gravitasi dan elektromagnetik, dan setiap detail struktur atom dan unsur-unsur alam semesta sudah diatur dengan serba tepat sehingga manusia dapat hidup. Ilmuwan masa kini menyebut desain luar biasa ini "Prinsip Antropis". Prinsip ini menyatakan bahwa setiap detail alam semesta telah dirancang dengan cermat untuk memungkinkan manusia hidup dan bukan terlahir secara kebetulan.

Kesimpulannya, filsafat yang disebut materialisme telah ditolak oleh sains modern. Dari posisinya sebagai pandangan ilmiah yang dominan pada abad ke-19, materialisme telah jatuh menjadi cerita fiksi pada abad ke-20. Landasan dari pemikiran Edwin Hubble mengenai teori Big Bang bermula ketika mengamati sejumlah bintang melalui teleskop raksasanya, dia menemukan bahwa cahaya bintang-bintang itu bergeser ke arah ujung merah spektrum, padahal spektrum berkas cahaya yang mendekati titik observasi (pengamatan) cenderung ke arah ungu, sementara spektrum berkas cahaya yang menjauhi titik observasi cenderung ke arah merah. Biar bisa memahami ibaratkan saja seperti suara peluit kereta yang semakin samar ketika kereta semakin jauh dari pengamat.


Perumpamaan Osilasi. sumber: Inilah.com

Ia tersadar bahwa bintang - bintang itu ternyata bergerak menjauhi bumi, juga saling menjauhi satu dengan yang lain. Hubble berkesimpulan bahwa tata surya tidaklah statis, namun selalu bergerak (kontraksi) dan mengembang (ekspansi). Dari pemikiran tersebut lahirlah Oscillating Theory. Untuk memahami maksudnya ibaratkan saja seperti kita sedang meniup sebuah balon. Semakin kita tiup balon semakin membesar (ekspansi) akibat desakan udara dalam sistem (kontraksi). Namun partikel udaran (gas) di dalam balon semakin menjauhin satu sama lain.

Logika sederhananya dari teori Big Bang, jika alam semesta semakin besar sejalan dengan waktu, kemudian kita mundur ke masa lalu berarti alam semesta semakin kecil; dan jika seseorang bisa mundur cukup jauh, segala sesuatunya akan mengerut dan bertemu pada satu titik. Berarti semua materi di alam semesta ini terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai "volume nol" karena gaya gravitasinya yang sangat besar [*]. Alam semesta kita muncul dari hasil ledakan massa yang mempunyai volume nol ini. Bagaimana pandangan agama Islam mengenai alam semesta ?, semuanya terdapat di dalam Al-Qur’an dan sejalan dengan pandangan Edwin Hubble mengenai Teori Big Bang dan Teori Osilasi.

Al-Qur’an memberikan petunjuk mengenai Teori Big Bang, “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Q.S 21:30). Al-Qur’an memberikan petunjuk mengenai Teori Osilasi, “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (Q.S 51:47).

Penciptaan adalah sebuah fakta. Kita telah melihat bagaimana materialisme telah runtuh di hadapan sains modern dan juga menyaksikan betapa menakjubkan dan sempurna alam semesta dirancang dan diciptakan oleh Allah. Sebagai penutup dari tulisan ini, "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (QS. Shaad: 27)

Sekian dulu dari tulisan ini InsyaAllah bersambung, Semoga Bermanfaat,


[*] Catatan : Untuk mudah memahami volume nol akibat gravitasi besar, silahkan nonton Naruto episode 167, saat Pain mengeluarkan genjutsu “Chibaku Tensei” saat menghancurkan Konoha, mekanismenya tidak jauh berbeda. 



[tab] [content title="Tentang Penulis"] Hasya Syarif
Writer Semoga Bermanfaat [/content] [content title="Tulisan Lain Dari Hasya Syarif"]
[/content] [/tab]

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas