Pemuda (untuk) Bangsaku

بسم الله الرحمن الرحيم


Berbicara tentang pemuda dan kemajuan bangsa, saya teringat akan peristiwa yang terjadi pada 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda. Sebuah sumpah yang diikrarkan pemuda-pemuda Indonesia saat itu untuk kebersatuan bangsa Indonesia yang saat itu belum merdeka. Di sini pula lagu kebangsaan, Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan oleh Wage Rudolf Soepratman dengan gesekan biolanya.
Tiga poin dalam Sumpah Pemuda, yakni bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Ini adalah tiga poin penting yang bermuara pada semangat untuk merdeka, persatuan bangsa, kebanggan serta cinta terhadap bangsa Indonesia.
Tiga poin penting ini dicetuskan oleh para pemuda yang usianya saat itu di bawah usia 30 tahun, bahkan 20-an awal. Namun, semangat, tekad serta keinginan untuk menyatukan bangsa pada saat itu menggerakkan mereka untuk membuat Kongres Pemuda yang akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda ini.

Bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Tanah air Indonesia, terdiri atas ribuan pulau dan lautan, terbentang antara Sabang sampai Merauke, suatu wilayah yang amat luas. Tanah Indonesia ini kaya nan subur, potensi alam yang melimpah ruah, minyak, tambang, batubara, buah dan sayuran. Orang bilang tanah kita tanah surga, tak kurang apapun kita di tanah air kita ini.
Ikrar pertama ini, kita berjanji untuk tetap bertanah air Indonesia. Perwujudannya adalah dengan memanfaatkan potensinya, menjaga dan memeliharanya untuk kemajuan bangsa. Sudah semestinya kita sendiri yang mengelola tanah air ini dan bukan orang asing, karena ini tanah air kita dan untuk kita.



Berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia
Menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia, bangsa adalah Kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Maka kita, Bangsa Indonesia, memiliki kesamaan sejarah, kita memang sempat dijajah Belanda dan Jepang, namun kita rebut kembali kemerdekaan kita. Indonesia memiliki sejarah panjang, jauh sebelumnya, Indonesia terdiri dari kerajaan-kerajaan, lalu datanglah penjajah yang menduduki kita. Kita tak merdeka saat itu karena kita tak bersatu. Tiga setengah abad dijajah Belanda ditambah tiga setengah tahun dijajah Jepang, karena kita belum benar-benar bersatu. Lalu akhirnya kita bersatu dalam Kongres Pemuda serta perkumpulan lainnya sehingga kita semua bersatu dan merdekalah kita. Kita memiliki kesamaan sejarah.
Meski Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya serta adat istiadat juga bahasa daerah, namun kita tetaplah satu, Bangsa Indonesia. Keragaman dalam Kesatuan.

Menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia
Banyaknya suku di Indonesia melahirkan pula bahasa-bahasa daerah, namun di atas itu semua ada satu bahasa sebagai pemersatu kita, yakni Bahasa Indonesia. Ia tak hanya sekedar kata untuk berkomunikasi, namun juga sebagai pemersatu dan identitas. Maka silakan kuasai berbagai bahasa asing, namun jangan lupakan Bahasa Indonesia, berbanggalah dengan Bahasa Indonesia.

Hanya sekilas tentang Sumpah Pemuda, namun hal yang menarik adalah bahwa orang-orang yang tergabung dalam Kongres Pemuda akhirnya menjadi orang besar di negeri ini. Sugondo Djojopuspito, yang memimpin Kongres Pemuda kedua, menjadi Menteri Pembangunan Masyarakat pada Kabinet Halim 1950. Muhammad Yamin, ia yang mencetuskan trilogi Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa menjadi anggota dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Setelah Indonesia merdeka, ia kemudian menjadi Menteri Kehakiman, Menteri Pendidikan serta Menteri Penerangan, ia juga turut memajukan kesusastraan Indonesia. Amir Sjarifoeddin, ia kemudian menjadi Menteri Penerangan, Menteri Pertahanan serta Perdana Menteri Indonesia. Tentunya banyak nama-nama lainnya, namun satu hal bahwa Sumpah Pemuda tak hanya mereka ikrarkan, tapi juga mereka wujudkan dalam peran-peran mereka saat membangun negeri dan memajukan bangsa.
Inilah yang dibutuhkan bangsa ini, yakni mereka yang berani berbicara, mengutarakan ide untuk negeri ini, tetapi juga yang berperan aktif dalam perwujudannya.
Bangsa ini butuh pemuda yang tak hanya bergumul dengan diktat-diktat kuliah, yang tak hanya berpraktikum di laboratorium, yang tak hanya sekedar belajar, namun juga berinisiatif untuk mengambil peran penting dan strategis, mengaplikasikan apa yang ia pelajari dari diktat-diktat kuliahnya, melakukan riset dan hasil dari praktikumnya, bekerja dari apa yang telah ia pelajari.

Tentu ada usaha yang bisa kita lakukan agar dapat berperan aktif.
Pertama adalah kenali bangsa ini, kenali sejarahnya, kenali tokoh-tokohnya. Karena tak mungkin kita memajukan bangsa ini apabila kita tak tahu apa-apa tentangnya. Bacalah sejarah tentangnya, ikuti perkembangan bangsa ini. Maka, bacalah tak hanya buku-buku perkuliahan, namun juga sejarah negeri ini, baca pula berita-berita media massa agar kita tahu apa yang sedang terjadi di negeri ini. Amatilah pula sekitar kita, apa yang dibutuhkan dan apa yang bisa kita lakukan.
Kedua adalah kenali dirimu. Karena bagaimana kita berperan aktif apabila kita tak kenal diri kita sendiri. Kenalilah dirimu, hingga kita tahu di mana kita bisa berperan, hingga kita tahu apa kemampuan dan potensi kita. Yakinlah tak ada seorang pun tak memiliki kemampuan, tapi yang mungkin ada adalah mereka yang tak menyadari dan tak mengenali kemampuan mereka. Lalu, gunakanlah kemampuan itu untuk bangsa ini.
Ketiga adalah naikkan kelasmu. Ini bisa diwujudkan dengan banyak membaca buku, buku apa saja, baik tentang komunikasi, sejarah, filsafat, agama atau apapun selama memberikan manfaat untuk menaikkan kelasmu. Berbincanglah pula dengan mereka yang tingkatannya di atasmu, karena sungguh itu akan menaikkan kelasmu. Karena kita akan mendapat pelajaran dari pengalamannya, ilmu dari pengetahuannya, serta semangat dari peran yang telah dilakukannya. Asahlah pikiranmu, latihlah nalarmu.
Keempat adalah cinta. Majukanlah bangsa ini dengan cinta. Karena ia tulus tak mengharapkan pamrih. Karena ia suci tak bernoda. Karena ia meminta segalanya darimu, sampai tidurmu, duduk dan berjalanmu. Karena ia menjadikanmu orang-orang yang mau bekerja keras, rela menerjang deras.

Maka wahai pemuda, kitalah harapan, kitalah penerus, kitalah pencetus, kitalah penggerak, kitalah semangat, bara untuk negeri ini.
Maka di tangan kita, bagaimana bangsa ini nantinya. Karena pemuda, kita punya semangat, tenaga, hati dan pikiran.

Cintailah negeri ini, majukanlah bangsa ini.

image-cr: celoteh-galang.blogspot.com

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas