Catatan Ramadhan (4): Sebuah Perjamuan

بسم الله الرحمن الرحيم

Suatu saat terdapat seorang yang kaya raya, hartanya melimpah hampir tak terbatas, dia tak kekurangan sesuatu apa pun, lalu orang ini mengundang warga yang ada dalam satu kompleks perumahan.
Maka, datanglah semua warga yang diundang, di sana mereka disambut dengan meriah, dijamu dengan berbagai macam makanan, makanan yang mewah sampai yang biasa saja. Mereka diberi berbagai jamuan hingga mereka terpuaskan. Lalu, sesaat sebelum mereka aka pulang dari jamuan tersebut, orang kaya tadi ternyata ingin membekali mereka dengan apa yang dia punya, maka terdapatlah berbagai macam stand yang di dalamnya terdapat berbagai macam pula barang-barang yang dibutuhkan oleh warga, tentunya langsung saja barang-barang ini dibawa oleh warga, ada yang mengambil beras, buah-buahan, dan sebagainya.
Namun, di sudut rumah ini ternyata ada beberapa orang yang hanya diam saja, padahal sulit dikatakan bahwa mereka adalah orang yang kaya, orang yang mampu, maka tentunya menurut akal sehat orang-orang ini bisa dikatakan bodoh. Ya. Bodoh, karena saat ditawari untuk mengambil bekal, mereka hanya diam saja, padahal mereka tak bisa dikatakan berada.

Nah, sebuah cerita di atas menjadi analogi Ramadhan. Di Ramadhan, kita "diundang" dan "dijamu" dengan jamuan paling akbar, kita dipuaskan dengan berbagai macam ibadah, amalan-amalan yang tentunya akan menjadi kebaikan yang besar bagi kita semua, dan tentunya Sang Pemilik nya pun lebih kaya raya, tak bisa dibandingkan dengan orang kaya raya di cerita tadi. Dan kita sebagai "warga yang diundang" selayaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, meski kini kita tak berada di awal Bulan Ramadhan, melainkan di pertengahannya, namun belum terlambat bagi kita untuk mengambil berbagai "jamuan" serta mengambil "bekal" yang amat banyak tadi, tapi kita harus menjemputnya dengan berbagai kesempatan berbuat kebaikan yang ada,  berbagai amal kebajikan yang ada.
Namun, seperti dalam cerita di atas, ternyata ada orang-orang yang menyia-nyiakan kesempatan ini, mereka hanya diam dan tak mengambil "bekal" serta "jamuan" ini, sungguh teramat merugi. Tentunya kita tak mau menjadi bagian dari orang-orang tersebut.

Maka, ambillah "bekal dan jamuan" itu dengan berbagai cara, ada harta kita yang mesti kita sedekahkan, ada makanan kita yang bisa kita berikan untuk hidangan berbuka bagi yang lain, ada kesempatan bagi kita untuk bertilawah, ada kesempatan bagi kita untuk Qiyamul Ramadhanan, bertarawih, ada banyak kesempatan!
Oleh karenanya, ambillah kesempatan ini, jemputlah kesempatan ini. Karena kita tak tahu akankah kita masih dapat bernafas di Ramadhan depan.


Firman Maulana, 13 Ramadhan 1432 (Terinspirasi dari ceramah Tarawih beberapa hari silam)

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas