Catatan Ramadhan (3): Ramadhan, Sebuah "Ruangan yang Steril"

بسم الله الرحمن الرحيم

Ramadhan dengan segala pernak-perniknya yang memikat, dengan segala kelebihannya yang membawa kita menyelami lebih dalam tentangnya. Ramadhan, selalu menjadi saat yang paling dinanti bagi setiap manusia yang merasa sebenar muslim.

Hari ini, sebuah pelajaran kembali saya terima tentang bulan yang di dalamnya turun al-Quran ini, kali ini lagi-lagi berasal dari ceramah tarawih.
Disebutkanlah betapa spesialnya bulan ini, ia merupakan bulan yang di dalamanya terdapat Lalilatul Qadr, malam 1001 bulan. Ia adalah bulan yang pahala kebaikan dilipat gandakan, siapa pun ia yang melakukan ibadah sunnah, maka ia menjadi senilai dengan ibadah fardhu, sedang sesiapa yang melaksanakan ibadah fardhu, maka nilainya menjadi berpuluh kali lipat. Selain hal tadi, tentu banyak hal yang menjadi nilai plusnya ramadhan, namun terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, tapi intinya adalah kita harus bisa memanfaatkan momen ramadhan ini dan meneruskannya hingga bulan-bulan setelahnya.

Mengenai Ramadhan kita diingatkan tentang satu pesan dari Sang Nabi,
“Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu” (Muttafaqun ‘alaihi)

Tentang hadis ini, tentang ramadhan ini, penceramah tadi menganalogikannya dengan baik, setidaknya itu yang berkesan bagi saya.
Beliau menganalogikan ramadhan sebagai "Masjid yang steril", steril, sangat steril, sehingga membuat kita nyaman berada di dalamnya, itulah ramadhan, seperti sebuah masjid, atau sebuah ruangan yang amat steril. Namun tentu kita berpikir, bila steril, mengapa masih ada saja yang bermaksiat di dalam bulan yang steril ini?
Jawabnya adalah karena mereka tak memasukinya dengan benar. Analoginya adalah bila kita memasuki ruangan yang steril tapi diri kita sendiri kotor dan tak steril, maka akankah terasa sebuah kenyamanan dalam diri kita? Tentu tidak. Begitu pula dengan ramadhan, meski steril namun masih ada yang memasukinya dengan tak steril.
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu." (HR. Bukhari)

"dengan keimanan dan mengharap ridha Allah"
adalah menjadi semacam tiket bagi mereka yang ingin memasuki ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Semacam tiket untuk memasuki "Ruangan yang steril" tersebut.
Maka, ada di antara mereka yang melaksanakan shaum hanya mendapatkan lapar dan dahaga, karena mereka menjalankan shaum yang mungkin tanpa keimanan dan mengharap ridha Allah.

Analogi ini sungguh menjdi hal yang menarik bagi saya, Ramadhan yang digambarkan sebagai "ruangan yang steril" dan hanya bisa mendapatkan kenyamanannya dengan sebuah "tiket" yaitu, dengan keimanan dan mengharap ridha Allah.

Lagi-lagi semoga ini menjadi bahan evaluasi kita, bahan instropeksi dan  muhasabah diri akan ibadah shaum kita.

Semoga Bermanfaat!



Debar hatiku menunggu datang Mu, kasih
Khusyuk qalbuku dirundung rasa rindu
Hari demi hari saat pertemuan suci
Nikmat bulan percintaan sejati

Hamba hina dina
Bergelimang dosa
Malu hamba tunduk bersujud benamkan muka

Hamba ucap syukur
I'tikaf tafakur
Mohon perkenan Mu
Ramadhankan hatiku

Ilahi Rabbi, Pengasih Penyayang
Engkau bukakan seluas semesta raya
Tumpahan taburan ampunan 


(Hedi Yunus - Ramadhankan Hatiku)



Firman Maulana, 4 Ramadhan 1432, konsisten itu tak semudah kelihatannya.

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas