Sedekah Yuk: Sedekah Beberapa Sahabat Nabi

بسم الله الرحمن الرحيم

Bila kita berbicara berkenaan dengan sedekah dan kita kaitkan dengan para shabat Rasul, maka kita akan tertuju kepada beberapa nama sahabat yang juga pedagang dan kaya akan harta, mereka tentu sudah tak asing lagi bagi kita, karena siapa yang dapat melupakan kalimat yang bahkan 'Umar ibn Khaththab sendiri pun mengakui takkan bisa mengalahkan orang yang mengucapkan kalimat tersebut, "Cukup Allah dan Rasul-Nya." Lalu, siapa pula yang dapat mengalahkan infaq sahabat yang kaya nan dermawan ini, beliau tetap konsisten menginfaqan dagangannya sementara banyak yang menawarkannya keuntungan puluhan persen dengan menolaknya dengan mantap, "Dia memberikanku keuntungan 1000 persen!". Juga semua tentu akan selalu ingat dengan sahabat nabi yang memulai usahanya di Madinah dengan tangan hampa dan 1 bulan kemudian menjadi pedagang sukses serta selalu menginfaqan hartanya dalam jumlah yang amat besar. Ada juga yang bila menurut hitungan infaqnya tidak seberapa namun akan sangat luar biasa apabila kita tahu kebenarannya. Lain lagi dengan yang mengatur siasat dalam menjamu tamu dan itu merupakan hal yang amat luar biasa.

Di sini, kita akan sedikit membahas para sahabat tersebut, meski sedikit, insya Allah akan melecutkan semangat berinfaq!

Selamat datang di Seri ke-3 dari Serial Catatan Firman Maulana: Sedekah Yuk!

"Cukuplah Allah dan Rasul-Nya Bagiku"
Adakah sahabat yang lebih utama dari beliau? Dari segala aspek, beliau memang paling utama, kita tentu sudah dapat menebaknya, Abu Bakr Ash-Shiddiq.
Dalam urusan bersedekah dan berinfaq beliau juga sering melakukannya, saat beliau membeli budak-budak Muslim dari tangan Kafir, ia lalu memerdekakannya -hal yang sangat didambakan para budak-. Selain itu juga pastinya beliau sering bersedekah kepada mereka yang membutuhkan.
Namun, dari semua itu ada di satu kesempatan yang menarik bagi saya, yaitu kisah yang diriwayatkan 'Umar ibn Khaththab.

Ketika itu, Ummat Islam di Madinah dikepung dari segala penjuru, baik dari dalam dengan berkhianatnya Yahudi Madinah, juga dari luar dengan kafir Quraisy yang bersekutu dengan kaum-kaum lain yang membenci Islam, membutuhkan banyak pengorbanan baik harta maupun jiwa, maka dianjurkanlah oleh Rasulullah untuk beramal menyumbangkan hartanya. Ketika itu Umar datang membawa hartanya, ketika ditanya oleh Rasulullah tentang apa yang ditinggalkan untuknya dan keluarganya, Umar menjawab bahwa ia meninggalkan separuh hartanya untuknya dan keluarganya. Lalu, tak lama kemudian, datanglah Abu Bakr, dan kita ingat sendiri kisah ini, ketika ditanya tentang apa yang ia tinggalkan untuknya dan keluarganya, maka sebuah kalimat tinggi penuh keimanan terlafazhkan dari lisannya, "Cukup bagiku Allah dan Rasul-Nya." Subhanallah! begitu dahsyatnya beliau, menyumbangkan semuanya demi Islam.

Ya, kalimat itu bagi saya menjadi kalimat yang selalu diingat, diingat sebagai kalimat dengan keimanan tinggi.


"Dia Memberiku Keuntungan SERIBU PERSEN!"
Pernah suatu saat, Madinah mengalami kondisi paceklik, bahan-bahan pokok mulai langka, jarang diketemukan, bila ada pun, harganya begitu mahal.
Ketika itu, seorang Businessman Zaman Itu yang juga dijuluki "Pemilik Dua Cahaya" sedang di tengah perjalanan dari kegiatan dagangnya dan akan memberikan barang-barang pokok itu kepada kaum muslimin di Madinah yang dilanda paceklik, tiba-tiba dicegat oleh pedagang-pedagang yang gila akan harta, gila akan keuntungan. Mereka, saling menawar harga kepada Businessman itu, mereka saling bersaing, mereka ingin membeli darinya dan menjual kepada penduduk Madinah dengan harga yang sangat tinggi. Mereka menjanjikan keuntungan yang cukup banyak, ada yang menjanjikan keuntungan belasan persen, ada pula yang 20-an persen, ada pula yang lebih tinggi dari itu. Namun, apa kata pria shalih ini? Beliau malah balik bertanya, "Ada yang sanggup memberikan keuntungan lebih dari itu? 100%?" Tentu saja tak ada yang berani bersedia, lalu diteruskan kalimatnya, "Namun, Allah, akan memberiku keuntungan SERIBU PERSEN!"
Maka, kalimat ini menjadi kalimat yang melemaskan para pedagang tersebut, niat mereka yang tidak baik. Lalu, berjalanlah kafilah dagangnya melenggang ke Madinah dan membagikan bahan-bahan pokok ke penduduk Madinah.
Inilah beliau, 'Utsman ibn 'Affan.


1 Dirham, 1 Dirham, 1 Dirham
Lelaki ini adalah lelaki yang sempat diperebutkan Rasulullah, Muhajirin, dan Anshar. Lelaki ini adalah seorang anak dari ayah terhormat ketika masih di tempat asalnya. Lelaki ini adalah lelaki yang berkelana mencari kebenaran. Lelaki ini adalah arsitek yang hebat. Lelaki ini juga mencetuskan gagasan cemerlang pada Perang Khandaq. Lelaki ini adalah seorang Hamba-Nya yang merasa terlalu memiliki banyak harta padahal pada saat wafat, yang dimilikinya hanya baju yang digunakannya, kasur yang ia berbaring di atasnya, juga satu barang lagi (saya agak lupa-mungkin wajan). Lelaki ini adalah Salman al-Farisy.
Saya pernah membaca dalam suatu riwayat bahwa beliau pernah membuat sebuah usaha kecil-kecilan, bahkan amat kecil. Lalu biasanya yang ia dapatkan adalah 3 Dirham perharinya. Lalu pertanyannya, 3 Dirham ini akan digunakan untuk apa? Bila saya ajukan pertanyaan itu kepada anda, apa yang akan anda jawab? Mungkin saja akan digunakan untuk keperluannya, dan mungkin untuk modal juga, atau mungkin untuk ditabung. Namun, Salman bukanlah kita yang kadar keimanannya masih merangkak naik. 3 Dirham beliau gunakan dengan amat baik, 1 Dirham untuk keperluannya satu hari itu, 1 Dirham untuk modal usaha untuk esok harinya, dan inilah 1 Dirham lagi untuk disedekahkan!
1 Dirham, ah apa besarnya 1 Dirham? Mungkin hanya puluhan ribu rupiah saja, bisa dibilang kecil untuk seorang sahabat hanya bersedakah 1 Dirham. Namun, ada yang dapat dicermati di sini. Kita lihat, dari 3 Dirham, beliau menggunakan 1 Dirham untuk modal, 1 Dirham untuk keperluaannya, dan 1 Dirham untuk sedekah, nah 1 Dirham untuk sedekah ini jumlahnya sama dengan keperluannya selama satu hari. Sekali lagi, bila dihitung mungkin akan kecil, hanya 1 Dirham atau puluhan ribu rupiah saja, namun bayangkan apabila dalam 1 hari yang didapat misalnya 3 juta rupiah, lalu ia gunakan untuk keperluannya hari itu satu juta, maka tentunya ia akan menginfakkan 1 juta pula. Nah, itulah yang perlu dilihat, sanggupkah kita bersedekah uang yang jumlahnya sama dengan kebutuhan kita?.

Milyaran Rupiah Satu Kesempatan
Beliau termasuk sahabat yang memeluk Islam di awal-awal nubuwwah, beliau juga termasuk 10 sahabat nabi yang dijamin masuk Jannah-Nya. Beliau, 'Abdurrahman ibn 'Auf adalah sahabat yang juga seorang pedagang kaya pada saat di Mekkah. Lalu, pada saat turun perintah hijrah, beliau meninggalkan semua harta kekayaannya dan sampai di Madinah dengan tangan kosong. Lalu, beliau dipersaudarakan dengan salah seorang pedagang kaya oleh Rasulullah.
Ada satu kejadian unik pada saat pertemuan keduanya, ketika itu orang Anshar tersebut menawarkan kepadanya beberapa hal, "Sesungguhnya aku mempunyai beberapa kebun, silakan kau ambil separuhnya untukmu. Lalu aku juga punya 2 rumah, biarlah satu kuberikan untukmu. Aku juga mempunya 2 istri yang cantik jelita, pilihlah seorang yang berkenan di hatimu, dan jadikanlah istrimu." Namun, 'Abdurrahman ibn 'Auf berkata, "Tidak, kuucapkan terima kasih atas kebaikanmu. Kini, yang aku minta adalah, tunjukan aku jalan menuju pasar!" "Namun setidaknya menikahlah dulu." Ujar sahabat dari Anshar ini, "Insya Allah, satu bulan lagi aku menikah."
Padahal, menurut logika, mungkin akan lebih mudah memulai usaha dengan adanya kebun, rumah, dan istri. Namun tidak begitu bagi beliau.
Maka, 'Abdurrahman ibn 'Auf pun memulai usahanya di Madinah dengan tangan kosong. Mulanya hanya sebagai kuli angkut, lalu sebagai makelar, hingga menjadi pedagang terjujur dan tesukses di sana. Ia menghancurkan kelicikan timbangan di pasar itu dengan kejujuran Islam. Tepat 1 bulan kemudian beliau bergegas menemui Nabi, kini dengan diri sebagai pedagang yang jujur dan sukses, berkata dengan tersipu bahwa ia akan menikah.

Lalu, teramat rutin pula baginya untuk berinfaq dalam jumlah yang amat besar, membagikannya ke penduduk Madinah atau untuk membiayai pasukan perang Kaum Muslimin. Bahkan jumlah infaqnya dapat mencapai 40.000 DINAR! Bila dikonversikan ke rupiah, maka pada saat ini bisa mencapai angka 64 MILYAR Rupiah!
Bayangkan saja, 1 kali kesempatan berinfaq, maka 64 MILYAR rupiah telah disedekahkannya. Subhanallah! Inilah kapasitas seorang sahabat Nabi! Inilah 'Abdurrahman ibn' Auf.

Strategi Sedekah
Abu Thalhah, demikian namanya, suatu saat ia pernah bersedekah kepada seorang musafir dengan cara yang teramat luar biasa.
Petang itu, datanglah seorang musafir ke Masjid Nabawi, ia kelaparan, lalu ia mengatakannya kepada Rasulullah, lalu Rasulullah pun berkata kepada para sahabat, "Siapa yang bersedia menjamu tamuku ini, insya Allah akan mendapat rahmat-Nya," sabda Rasulullah. Hal itu disampaikan karena beliau hanya mempunyai air minum untuk tamunya. Maka, Abu Thalhah pun bersedia. Lalu Abu Thalhah pun bergegas ke rumahnya, ditanyanya kepada istrinya, "Adakah makanan untuk tamuku ini?" Istrinya berkata, "Hanya ada sedikit, ini pun untuk anak-anak kita." Mengetahui keadaan yang demikian, maka Abu Thalhah membuat sebuah strategi.
Pada malam harinya, diajaklah musafir itu ke rumahnya, lalu ia berbincang-bincang dengan tamunya itu sembari istrinya menyiapkan makanan. Ketika itu, anak-anak Abu Thalhah sudah ditidurkan dengan keadaan lapar. Lalu tibalah sang istri membawa makanan, lalu ia mematikan lilin yang menerangi ruangan tersebut. Disodorkanlah piring dengan makanan kepada si musafir sementara satu piring lagi yang ternyata kosong kepada Abu Thalhah. Dalam keadaan gelap, si musafir itu makan dengan lahapnya, sementara Abu Thalhah berpura-pura sedang makan (karena akan tidak baik apabila seorang tamu makan sementara tuan rumahnya tidak ikut makan). Malam itu, si tamu pun beristirahat di sana dengan perut kenyang, sementara Abu Thalhan dan keluarga tidur dengan kondisi lapar.
Keesokan harinya, bergegaslah Abu Thalhah ke Masjid Nabawi untuk shalat, lalu bertemulah dengan Rasulullah, dengan tersenyum, Rasulullah berkata, "Ketahuilah Allah terpesona dengan yang kau lakukan bersama istrimu semalam." Beliau lalu membacakan ayat yang termaktub dalam surat Al-Hasyr ayat 9, "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." (Q.S. Al-Hasyr[59] : 9)

Itulah, kisah beberapa sahabat tentang bersedekah.
Semoga menjadi motivasi bagi kita semua, menjadi semangat.


Semoga Bermanfaat


Di antara dua samudera, 20 Zulhijjah 1431,

Firman Maulana.

No comments:

Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas